Beranda | Artikel
Mengajarkan Anak Untuk Menjaga Lisan
Selasa, 20 Oktober 2020

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Ihsan Al-Atsary

Mengajarkan Anak Untuk Menjaga Lisan merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary dalam pembahasan Mencetak Generasi Rabbani. Kajian ini disampaikan pada Selasa, 03 Rabi’ul Awal 1442 H / 20 Oktober 2020 M.

Kajian Islam Ilmiah Tentang Mengajarkan Anak Untuk Menjaga Lisan

Satu akhlak yang mesti kita tanamkan sejak dini kepada anak adalah mengajarkannya bertutur kata yang baik, menjaga lisan dan memiliki kecerdasan di dalam berkomunikasi kepada orang-orang yang ada di sekitarnya. Hal ini sangat penting, karena akhlak manusia di dalam bertutur kata itu sangat dipengaruhi oleh pendidikan masa kecil. Bagaimana orangtua mengajarinya bertutur kata dari kecil, itulah yang akan dia bawa sampai dewasa. Dan tentunya kita selaku orang tua tidak boleh telat untuk menanamkan akhlak ini pada anak kita, yaitu membiasakan anak untuk mengucapkan kata-kata yang baik dan menjauhi kata-kata yang kotor.

Kita tahu bahwa anak itu sangat cepat meniru, latah adalah salah satu sifat yang ada pada anak-anak. Kadang-kadang kita mendapati ia mengucapkan kata-kata yang kotor, yang tidak layak, yang tidak baik, mungkin dia dapat dari teman-temannya di sekolah atau di lingkungan pergaulannya. Ini jangan dibiarkan, yaitu orang tua mendiamkannya, seolah-olah itu biasa dan bukan suatu kesalahan. Karena si anak akan menganggap itu adalah suatu hal yang biasa dan benar jika tidak dihentikan oleh orang tua.

Pada pertemuan-pertemuan sebelum kita sudah jelaskan bahwa rumah harus menjadi tempat untuk mensterilisasi anak dari kotoran-kotoran yang dibawanya dari luar, termasuk kosa-kata yang buruk yang dia bawa dari luar. Kita tahulah di luar sana bagaimana adab dan etika manusia dalam berbicara, apalagi di pasar. Dan juga dia bergaul dengan teman-teman yang tidak seluruhnya baik. Kadang-kadang sebagian teman itu memberikan pengaruh yang buruk kepada temannya. Mungkin anak kita adalah korban dari pergaulan tersebut.

Ini satu dilema, seperti makanan buah simalakama juga. Kita tidak bisa mengawasi anak ini 24 jam dan kita tidak juga bisa menyekatnya dari pergaulan. Kalau kita kurung di rumah karena kita khawatir pengaruh dari luar, itu juga tidak mungkin, karena anak ini juga akan bergaul dengan manusia yang bermacam-macam.

Maka tidak ada pilihan lain selain kita sebagai orang tua harus menjaga aset kita ini. Terutama dalam bab bertutur kata atau menjaga lisan, orang tua harus memperhatikan. Apabila ada sesuatu yang aneh pada anak, bicaranya mulai yang aneh-aneh, ngelantur, dia memilih kata-kata yang buruk, maka ini harus diperbaiki dari awal. Kalau perlu kita mesti tahu juga apa sebab musababnya, dari mana dia dapat kata-kata yang kotor seperti itu. Mungkin kita bisa memproteksinya di kemudian hari. Hal ini sangat penting karena ini akan terbawa nanti sampai dia dewasa.

Maka dari itu di dalam Islam, salah satu akhlak yang paling penting adalah menjaga lisan. Bahkan dapat kita katakan bahwa orang yang ingin mendapatkan dan meraih akhlak mulia -ini sudah kita bahas sebenarnya di dalam buku ensiklopedi akhlak salaf setiap hari Senin siang- bahwa salah satu kiat untuk meraih akhlak mulia adalah dimulai dari menjaga lisan. Menjaga lisan adalah pintu gerbang akhlak mulia. Orang yang bisa menjaga lisannya, maka dia akan mudah untuk meraih akhlak-akhlak mulia lainnya, tapi orang yang tidak bisa menjaga lisannya, maka dia akan susah untuk mendapatkan atau meraih akhlak-akhlak mulia yang lain.

Kebanyakan manusia itu musibahnya dari lisannya. Hingga ada peribahasa “Mulutmu harimaumu” Artinya yaitu bahwa bahaya lisan ini sangat mempengaruhi kehidupan seseorang dan mempengaruhi akhlak-akhlaknya yang lain. Kita bisa lihat orang yang tidak bisa menjaga lisannya, bagaimana akhlaknya? Maka dari itu, ini juga harus kita tanamkan kepada anak-anak kita sedari kecil. Bagaimana dia bertutur kata, mengajarinya bagaimana memilih kata-kata yang baik?

Kemarin sudah kita singgung sedikit bahwa anak kita harus punya kecerdasan emosional di dalam bertutur kata, dia bisa menjaga kata-katanya ketika marah terutama. Karena orang bilang bahwa seseorang itu akan keluar aslinya kalau dia marah. Dan kita tahu marahnya Nabi itu hanya dapat terlihat dari rona wajah beliau. Beliau marah tapi tidak pernah mengeluarkan kata-kata yang keji ketika marah. Itu adalah cerminan pribadi seseorang. Coba lihat waktu marah, apa yang dia ucapkan, apa yang terlontar dari lisannya? Mungkin kita tidak sadar, tapi itulah sebenarnya kebiasaan orang itu. Itu yang tertanam pada dirinya.

Maka ketika terkadang seorang anak marah, maka dia pun mengucapkan kata-kata yang tidak baik. Kalau anak-anak mungkin mereka belum mukallaf, mereka belum terhitung dosa dan pahala, mungkin tidak tercatat dosa, tapi kebiasaan ini akan dia bawa ketika dia baligh. Maka coba perhatikan anak itu kalau dia marah bagaimana tutur katanya, itu harus dibiasakan dari kecil. Sehingga ketika dia marah, maka dia bisa menjaga lisannya. Kalaupun dia berbicara ketika marah, dia berbicara dengan kata-kata yang hikmah dan bijaksana. Kemarahan itu tidak menggiringnya kepada kedzaliman.

Banyak orang ketika marah, maka sumpah serapah, laknat dan lain sebagainya yang pada akhirnya dia harus menyesali apa yang sudah diucapkannya ketika marah tersebut. Walaupun kadang-kadang seseorang berdalih bahwa dia tidak sadar. Memang tidak sadar, tapi itu kebiasaan lisan yang muncul.

Maka coba lihat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, ketika beliau marah, beliau menjaga lisan. Marah beliau hanya terlihat dari rona wajah beliau yang berubah, hanya sebatas itu, tidak mengeluarkan kata-kata yang keji. Maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan:

لَيْس المُؤْمِنُ بالطَّعَّانِ، وَلا اللَّعَّانِ، وَلا الْفَاحِشِ، وَلا الْبَذِيء

“Orang mukmin itu bukanlah orang yang suka mencela, suka mengutuk, berkata keji dan juga bukan orang yang suka berkata kotor.” (HR. Tirmidzi)

Maka ini dijaga pada anak-anak kita, sehingga karakter atau tabiat ini sudah tertanam sejak kecil. Maka coba perhatikan anak kita kalau dia marah, ketika marah kadang-kadang muncul. Dan di situ kita harus mengawasi dan mengontrol anak-anak kita. Kita nasihati, kita arahkan, kita bimbing, supaya dia bisa menjaga kata-katanya.

Termasuk juga memilih kalimat-kalimat yang akan diucapkan, itu harus dilatih sejak kecil. Walaupun anak itu otaknya belum sempurna, tapi dibiasakan. Misalnya ketika dia berhadapan dengan orang yang lebih tua, dia pilih kata-kata yang terhormat, yang sopan, yang menunjukkan penghormatan kepada orang yang lebih tua. Demikian kepada orang yang lebih kecil darinya, mungkin adiknya, maka dia memilih kata-kata yang menunjukkan kasih sayang. Ini harus dibiasakan dari kecil. Karena kita lihat banyak anak-anak yang tidak punya kecerdasan untuk bertutur kata yang baik. Dia tidak peduli dengan siapa dia berhadapan. Bahkan dengan gurunya sekalipun dia tidak sopan kata-katanya.

Bagaimana tips-tips Mengajarkan Anak Untuk Menjaga Lisan? Mari download mp3 kajian dan simak pembahasan yang penuh manfaat ini..

Download mp3 Kajian Mengajarkan Anak Untuk Menjaga Lisan

Lihat juga: Cara Mendidik Anak dan Pentingnya Mencetak Generasi Rabbani


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/49260-mengajarkan-anak-untuk-menjaga-lisan/